SELEBGRAM.MY.ID, Jakarta – Kota Ambon ditetapkan sebagai kota kreatif kategori musik oleh organisasi pendidikan dan kebudayaan Perserikatan Bangsa-bangsa, The United Nations Educational, Scientific and Cuktural Organization (UNESCO) pada 2021.
Keberhasilan Ambon sebagai salah satu Kota Musik Dunia ini tidak lepas dari usaha masyarakat Ambon yang terus berupaya menambah keunikannya dengan berbagai hal yang bernuansa musik. Berikut rangkumannya:
Kurikulum Musik
Salah satunya membuat kurikulum muatan lokal yang berbasis musik. Dikutip lama resmi Ambon City Of Music, kurikulum ini diberlakukan pada tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
“Penyusunan kurikulum muatan lokal berbasis musik ini, disusun dengan melibatkan berbagai pihak selain Ambon Music Office (AMO), ada juga dari Pemerintah Kota Ambon, Instutut Agama ISlam Negeri (IAIN) Ambon, Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Ambon, dan Universitas Pattimura Ambon,” ujar Direktur AMO Ronny Loppies dalam keterangan tertulisnya.
Menurut dia dengan menerapkan kurikulim di tingkat SD dan SMP akan mendukung Ambon sebagai kota musik dunia versi banda dunia UNESCO. Kurikulum ini diberlakukan sejak tahun ajaran 2021.
Kurikulum ini dinilai sebagai satu trobosan yang dapat mempertahankan ekosisistem musik pada sebuah kota musik dunia dan berkaitan dengan 5 pilar penting yang dibangun (Ambon Musik Office) AMO.
Dalam kurikulum murid akan diajarkan musik etnik dan alat musik yang digunakan yakni tifa, suling bambu, musik ukulele, totobuang, dan hawaiian.
Pengajar untuk kurikulum ini melibatkan selain guru. Karena menurutnya yang lebih baik mengajar adalah orang yang telah memiliki kompetensi musik dan profesional dalam memainkan alat musik etnik.
“Tim pengajarnya, akan melibatkan tenaga selain guru, yang mempunyai kompetensi musik serta profesional yang telah memiliki jam terbang dalam memainkan musik etnik,” kata dia.
Ngamen Reggae
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mendukung Ambon sebagai kota musik dunia versi banda dunia UNESCO. Salah satunya berasal dari para musisi kota melalui kegiatan Ngamen Raggae.
Kegiatan ini digelar bagi penikmat musik yang berlangsung di kawasan Pattimura Park. Pertunjukan musik diisi oleh sejumlah musisi raggae yang tergabung dalam Amboninabanans dan Amboina Pasir Putih.
Kegiatan ini adalah gagsan dari musisi-musisi Ambon yang ingin bermusik di mana saja, kapan saja dengan niat mendukung Ambon sebagai kota musik dunia.
Melalui acara ini musisi reggae berharap dapat menjadi motivasi untuk musisi-musisi aliran musik lainnya.
Menjadikan Tuni dan Amahusu Jadi Desa Musik
Pada 2020, AMO menjadikan Desa Tuni dan Amahusu sebagai desa musik. Hal ini tidak hanya berhenti di dua desa tersebut, tetapi akan ada desa-desa selanjutnya. “Dua desa menjadi program awal AMO dan Pemkot Ambon karena aktifitas bermusik dimulai dari anak-anak,” ujar Direktur AMO, Ronny Loppies.
Menurut Ronny Desa Tuni telah lebih dulu melakukan pelestarian musik yakni suling bambu, bahkan desa ini siap menjadi destinasi pariwisata berbasis musik di Ambon.
Sedangkan Desa Amahusu juga telah memulai kegiatan bermusik mereka dimulai dari anak-anak yang memainkan alat musik ukulele.
“Setelah Unesco menetapkan Ambon sebagai Kota Kreatif berbasis Musik, maka berbagai upaya untuk menggairahkan musik harus dimulai dari desa, negeri dan kelurahan di Ambon. Kita pada 2020 mulai dari Tuni dan Amahusu,” katanya.
Desa musik di Amson ini akan mulai ditata dengan menyiapkan ruang kreatif bermusik, infrastruktur musik sebagai sarana masyarakat untuk berkreasi dan meningkatkan perekonomian.
YOLANDA AGNE
Baca: Ini Alasan Unesco Jadikan Kota Ambon Kota Musik Dunia
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari SELEBGRAM.MY.ID di kanal Telegram “SELEBGRAM.MY.ID Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
Posting Komentar