Mengenang 15 Tahun Chrisye Berpulang, Jalan Berliku Pelantun Badai Pasti Berlalu

SELEBGRAM.MY.ID, Jakarta – Christian Rahadi atau populer dengan nama Chrisye merupakan penyanyi dan juga pencipta lagu ternama. Ia lahir pada 16 September 1949 di Jakarta. Mengutip buku berjudul Chrisye, Sebuah Memoar Musikal karya Alberthiene Indah, Chrisye lahir dari sebuah keluarga Tionghoa dan di masa itu, ia mengalami pula perundungan.

Bahkan, Chrisye menuturkan bahwa perundungan yang ia alami sejak kecil sebagai keturunan Tionghoa terus membekas hingga di usianya yang sudah melewati setengah abad.

Masa kecil Chrisye di kediamannya di Jalan Talang, Menteng, Jakarta Pusat dan pada usianya yang ke-5, keluarga Chrisye pindah ke Jalan Pegangsaan, Menteng, Jakarta Pusat. Chrisye bersekolah di SD GIKI dan di sana ia berkarib dengan anak-anak dari keluarga Nasution. Selain itu, saat masih duduk di bangku SD, Chrisye mulai mendengarkan piringan hitam milik ayahnya dan ia bernyanyi diiringi lagu-lagu dari Dean Martin, Bing Crosby, Nat King Cole, dan Frank Sinatra. Setelah ia menyelesaikan studinya di SD GIKI, ia melanjutkan studinya di SMPK III Diponegoro.

Saat duduk di bangku SMA, Chrisye menjadi lebih tertarik dengan dunia musik ditambah lagi Beatlemania menjamur di Indonesia. Ketertarikan Chrisye untuk bermain musik, direspons oleh ayah Chrisye dengan sangat baik dan ayahnya membelikan Chrisye sebuah gitar dan Chrisye memilih jenis gitar bas karena menurutnya bas adalah jenis gitar yang mudah untuk dipelajari.

Sejak saat itu, Chrisye mulai belajar bermain musik dengan mengikuti lagu-lagu yang diputar di radio dan dari piringan hitam milik ayahnya. Kebiasaan belajar bermain musik Chrisye tersebut, membuat Chrisye tidak bisa membaca not balok dan ini menjadi salah satu fakta unik dari seorang Chrisye.

Setelah semakin banyak belajar bermain musik, Chrisye mulai memberanikan diri untuk bermain musik di acara-acara sekolah. Di samping itu, saat duduk di bangku SMA, Chrisye diam-diam mulai merokok dan di kemudian hari ia menjadi perokok berat.

Setelah menyelesaikan studinya di SMA, Chrisye mendaftar di Universitas Kristen Indonesia (UKI) untuk menjadi insinyur seperti keinginan ayahnya. Akan tetapi, pada 1969, Gauri mengundang Chrisye untuk menjadi anggota band Sabda Nada. Saat itu, Chrisye diminta untuk menggantikan pemain bas Eddi Odek yang sedang sakit. Kemampuan musikalitas Chrisye yang tidak main-main, membuatnya dipinang untuk menjadi anggota tetap Sabda Nada.

Sabda Nada banyak bermain di mini disko dan juga pesta ulang tahun dan pernikahan. Selanjutnya, di tahun 1969, Sabda Nada mengubah nama mereka menjadi Gipsy supaya lebih macho. Jadwal band tersebut semakin hari semakin padat karena harus bermain secara tertaur juga di Taman Ismail Marzuki. Akibat padatnya jadwal dan kesibukan, Chrisye mengundurkan diri dari UKI dan ia memutuskan untuk masuk Akademi Pariwisata Trisakti karena Chrisye menganggap bahwa jadwalnya lebih fleksibel.

Awal Mula Chrisye Bertemu Guruh Soekarnoputra

Pada 1972, Chrisye ditawari untuk mangung di New York. Namun, Chrisye tidak menceritakan hal tersebut karena ia merasa ayahnya tidak akan setuju hingga akhirnya ia jatuh sakit selama beberapa bulan, sementara gipsy pergi ke New York. Selanjutnya, Chrisye berbicara dengan ibunya dan Joris sehingga ayahnya menyetujui supaya Chrisye mengundurkan diri dari kuliah dan pergi ke New York. Pada 1973, Chrisye menyusul Gipsy di Amerika Serikat dan ia mengundurkan diri dari Trisakti.

Selama di New York, Gipsy manggung di Ramayanan Restaurant dan tinggal pada sebuah apartemen di Fifth Avenue. Gipsy berada di New York hampir satu tahun. Chrisye kembali ke Indonesia pada akhir tahun 1973 dan Gauri memperkenalkan Chrisye dengan Guruh Soekarnoputra dan Chrisye mulai menciptakan lagu-lagunya sendiri. Pada tahun 1975, Chrisye kembali ke New York, tetapi tidak dengan Gipsy melainkan dengan The Pro’s.

Setelah beberapa waktu tidak bermain musik, Chrisye dihubungi oleh Nasution bersudara dan diundang untuk bergabung besama Gipsy dan Guruh dalam sebuah proyek baru. Chrisye akhirnya memutuskan untuk mengikuti latihan di rumah Guruh yang berada di bilangan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Di sana, mereka main musik hingga larut malam dan mencapurkan rock ala Barat dengan gamelan Bali. Hingga akhirnya, rekaman terjadi pada pertengahan 1975 dan pada 1976, album Guruh Gipsy dirilis dan diterima baik oleh masyarakat dan juga kritikus musik. Keberhasilan album Guruh Gipsy menjadi salah satu dasar yang meyakinkan Chrisye bahwa dia bisa menjadi penyanyi solo.

Pada akhir 1976, Chrisye bertemu dengan Yockie Suryoprayogo dan Imran Amir. Saat itu, kedunay meminta supaya Chrisye menjadi vokalis untuk Lomba Cipta Lagu Remaja Prambors. Tetapi, Chrisye menolak tawaran tersebut. Penolakan Chrisye tersebut membuat Sys NS harus mendekati Chrisye saat sedang berbincang dengan Guruh dan Eros Djarot. Sys meyakinkan Chrisye bahwa ia diperlukan untuk lagu berjudul “lilin-Lin Kecil” dan setelah mendengar lagu tersebut, Chrisye setuju.

Akhirnya, Chrisye mengambil rekaman lagu tersebut di Studio Irama Mas, Pluit, Jakarta Utara. Lagu tersebut dimuat dalam sebuah album dan setelahnya lagu Lilin-Lilin Kecil yang dinyanyikan chrisye menjadi terkenal dan melambungkan namanya dalam blantika musik nasional.

Setelah berhasil dengan Lilin-Lilin Kecil, Chrisye mulai aktif menjadi penyanyi solo dan menghasilkan banyak album yang diterima oleh pasar, seperti Badai Pasti Berlalu, Sabda Alam, Hip Hip Hura, Aku Cinta Dia, Pergilah Kasih, dan Kala Cinta Menggoda. Kesuksesan Chrisye dalam dunia musik tak membuat diri Chrisye puas karena merasa masih ada yang kurang dalam hidupnya. Akhirnya Chrisye meminang Damayanti Noor untuk menjadi istrinya. Saat itu, Damayanti Noor adalah sekretaris Guruh.

Untuk menikah dengan Damayanti Noor, Chrisye memiliki satu halangan, yaitu agama. Hingga akhirnya, Chrisye memutuskan untuk menjadi mualaf dan memeluk agama Islam. Setelahnya, pada 1982, Chrisye menikahi Damayanti Noor dan memiliki empat anak.

Di tengah kesuksesannya dalam dunia musik, vonis kanker paru-paru yang dideapat oleh Chrisye pada bulan Agustus 2005 mengharuskannya untuk menjalani kemoterapi selama enam kali di Singapura. Sejak divonis menderita kanker paru, Chrisye absen dari dunia musik selama satu tahun dan pada Mei 2006, Chrisye kembali memulai debut panggungnya.

Chrisye mengembuskan naas terakhirnya pada 30 Maret 2007 di kediamannya  di bilangan Cipete, Jakarta Selatan. Walau raga sudah tidak ada di dunia, tetapi jiwa dari karya-karya Chrisye tetap abadi dalam dunia musik nasional. Bahkan, majalah Rolling Stones merilis bahwa beberapa lagu Chrisye masuk ke dalam daftar 150 Lagu Indonesia terbaik.

EIBEN HEIZIER

Baca: Musica Studio’s Rilis Lagu Milik Chrisye yang Telah lama Tersimpan

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari SELEBGRAM.MY.ID di kanal Telegram “SELEBGRAM.MY.ID Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Bagikan:

Posting Komentar

Top Ads

Middle Ads 1

Middle Ads 2

Bottom Ads