Rasa Bersalah Ini Membayangi Sule Usai Berpisah dengan Nathalie Holscher, Menangis Lihat Anak-anak


Usai berpisah dengan artis  Nathalie Holscher, komedian  Sule merasa dibayang-bayangi rasa bersalah sehingga anak-anaknya seakan jadi korban.

Dengan berkaca-kaca ayah kandung  Putri Delina dan  Rizky Febian ini mengaku menangisi anak-anak dan dirinya nangis melihat anak-anak

Anak-anak, menurut  Sule, itu tak berdosa dan orang yang mencoba mencari kebahagiaannya sendiri.

Sule dan Nathalie Holscher sudah resmi bercerai.

Perceraian  Sule juga disebut-sebut karena  Putri Delina yang dianggap bermasalah dengan  Nathalie Holscher.

Setelah sekian lama,  Sule akhirnya angkat bicara mengenai perceraiannya dengan  Nathalie Holscher.

“Menangis saya itu bukan berarti menangisi masalah,” ujar  Sule, dilansir instagram madamgosip.official, Kamis (18/8/2022).

 Sule mengakui kalau dirinya hanya menangisi anak-anak.

“Menangisi anak-anak, saya nangis melihat anak-anak,” jelasnya.

Diakui  Sule ia sedih jika anak-anaknya terkena dampak masalah yang terjadi setelah cerai, Kamis(18/8/2022).

Diakui Sule ia sedih jika anak-anaknya terkena dampak masalah yang terjadi.

“Mereka yang nggak dosa menjadi korban terus ada orang yang menghilangkan kebahagiaan anak anak, dengan hanya mencari kebahagiaan sendiri,” katanya.

Cara Melakukan Pengasuhan Bersama Setelah Cerai agar Anak Tidak Terabaikan

Nasib anak secara lahir dan batin setelah kedua orang tuanya bercerai tidak boleh diabaikan.

Apalagi, jika anak belum cukup dewasa, belum mampu mencari nafkah sendiri, dan masih memerlukan bimbingan orangtua.

Perceraian memang dapat dialami pasangan mana pun, tetapi jangan sampai sang buah hati menjadi korban keretakan rumah tangga.

Orangtua yang bercerai sebaiknya memikirkan dan memutuskan pola pengasuhan yang terbaik anaknya.

Tujuannya, supaya sang buah hati tidak kehilangan figur dan kasih sayang orangtua selama masa tumbuh kembang.

Salah satu cara yang dapat dilakukan orangtua yang sudah bercerai adalah menyusun parallel parenting.

Singkatnya, metode pengasuhan anak ini akan meminimalkan interaksi pasangan yang sudah bercerai namun mereka tetap bisa mengasuh anaknya.

Parallel parenting memungkinkan anak diasuh secara bergantian oleh ayah atau ibunya yang telah bercerai, dengan jadwal yang disepakati.

“Parallel parenting memungkinkan orangtua untuk menghabiskan waktu bersama dan merawat anak-anaknya secara mandiri,” jelas Joleena Louis, Esq., seorang pengacara di New York City yang berfokus pada masalah hukum keluarga.

“Struktur pengasuhan ini membantu meminimalkan komunikasi antara orangtua dan upaya untuk melindungi anak-anak dari konflik di antara mereka.”

Sementara itu, parallel parenting juga memberi kebebasan bagi orangtua untuk tidak bekerja sama atau mendapatkan persetujuan orang lain.

Hal tersebut dikatakan oleh B. Robert Farzad, partner di kantor Pengacara Hukum Keluarga Farzad & Ochoa, LLP.

"Ini bukan pola asuh tanpa kontak, yang akan menjadi ekstrem yang tidak biasa," kata Farzad.

“Kontak hanya diminimalkan hanya pada situasi serius atau masalah yang berdampak signifikan dalam kehidupan anak, seperti pendidikan, kesehatan, dan keselamatan mereka."

Louis menambahkan, jika memerlukan komunikasi, hal ini bisa dilakukan melalui pesan singkat, email, atau aplikasi.

Tingkat komunikasi menjadi pembeda antara parallel parenting dan co-parenting yang diadopsi setelah perceraian secara damai.

“Co-parenting menekankan pada kerja sama dan berkomunikasi secara teratur agar orangtua bersama-sama memenuhi kebutuhan anak,” jelas Louis.

Kerja sama antarorangtua pada co-parenting tidak ada dalam parallel parenting.

“Co-parenting dan sebagian besar model lainnya bergantung pada komunikasi dan kolaborasi yang efektif. Parallel parenting meminimalkan itu.”

Pada parallel parenting, anak memiliki kesempatan untuk menghabiskan waktu bersama kedua orangtua dengan meminimalkan kemungkinan konflik rumah tangga.
Kapan memilih parallel parenting

Sifat hubungan antara orangtua menentukan model parallel parenting yang sesuai.

“Kami merekomendasikan parallel parenting untuk orangtua yang memiliki konflik satu sama lain dan ada risiko salah satu atau kedua orangtua akan menunjukkan konflik ke anak,” kata Farzad.

Tetapi jika konflik ini meluas atau ditujukan kepada anak-anak maka rencana ini dapat berubah.

“Ini mengasumsikan satu orangtua tidak melakukan kekerasan fisik atau emosional terhadap anak,” kata Farzad.

“Jika salah satu orangtua melakukan kekerasan fisik atau emosional terhadap anak, bahkan parallel parenting tidak sesuai," sambungnya.

"Orangtua yang tidak melakukan kekerasan harus memiliki hak asuh tunggal atau utama -termasuk pengambilan keputusan- tergantung pada sifat dan tingkat pelecehan," tambah Farzad.

Cara menyusun parallel parenting

Keputusan untuk menjalankan parallel parenting dapat dilakukan saat perceraian terjadi ketika di pengadilan.

Metode pengasuhan ini disarankan sebagai bagian dari keputusan perceraian atau hak asuh anak jika orangtua tidak dapat melakukan pengasuhan bersama secara tradisional.

Rencana pengasuhan paralel juga dapat dilakukan di kemudian hari jika konfilik antarorangtua semakin tinggi setelah perceraian atau hak asuh diselesaikan.

Dalam menyusun parallel parenting terdapat beberapa hal-hal yang harus diperhatikan, yakni:

Waktu pengasuhan setiap orangtua

Di mana dan bagaimana pertukaran hak asuh ketika anak berpindah dari satu orangtua ke orangtua lainnya

Jadwal liburan dan apa yang harus dilakukan jika tanggal mengasuh bertabrakan

Bagaimana keputusan akan dibuat mengenai sekolah anak, kesehatan, dan lain-lain

Aturan tentang pembatalan dan penjadwalan ulang waktu mengasuh anak

Aturan tentang komunikasi.

“Semakin spesifik rencana parallel parenting berkaitan dengan kesehatan, keselamatan, dan keputusan terkait pendidikan dan waktu pengasuhan khusus setiap orangtua dengan anak, semakin sukses rencana parallel parenting," jelas Farzad.

Sumber : tribunnews.com

(*)
Bagikan:

Posting Komentar

Top Ads

Middle Ads 1

Middle Ads 2

Bottom Ads