Rela tinggalkan gaji manajer di Jakarta, pasutri asal Wonogiri pilih jualan ini, omzetnya tembus belasan juta!


Pasutri asal Wonogiri yang pernah bekerja di Jakarta rela meninggalkan pekerjaannya yang sudah mencapai jabatan manajer.

Rela tinggalkan jabatan manajer di Jakarta, pasutri asal Wonogiri ini beralih jadi pebisnis dengan berjualan.

Omzet dari pasutri asal Wonogiri ini bahkan bisa melebihi gaji dari pekerjaannya sebagai manajer saat di Jakarta.

Lantas, apa bisnis yang dijalani oleh pasutri asal Wonogiri itu?

Melansir dari Youtube Rajarasa Channel, seorang pria bernama Rahmat Widiyaso membagikan perjuangannya bersama sang istri dalam berbisnis.

Rahmat dan istrinya memutuskan untuk pulang ke kampung halaman karena alasan orang tua. Hingga akhirnya, ia dan sang istri terbesit untuk buka bisnis.

"Kami dulu bekerja di Jakarta kemudian karena orang tua, kami harus pulang kampung. Dari sana kami mencoba enaknya apa ya usaha di kampung yang bisa kami lakukan," ungkap Rahmat.

Awalnya, Rahmat sempat ternak ayam di kampung. Sayangnya, usahanya itu tidak membuahkan hasil karena minimnya pengetahuan Rahmat terkait peternakan.

"Pertama kami usaha ternak ayam, Ayam Jago Super biasanya kalau di sini. Karena minimnya pengetahuan kami, usaha ayam tidak berhasil," terang Rahmat.

Tak putus asa, Rahmat terus bangkit dengan memikirkan ide bisnis yang lain. Selanjutnya Rahmat membuka usaha pertanian sekaligus memelihara ikan lele.

"Kemudian kami bangkit lagi, (buka) usaha pertanian. Kami nyambi melihara lele. Di rumah ini dulu, kami melihara ikan lele sebanyak 21 kolam, populasi sekitar 21 ribu ekor. Itu berjalan satu tahun," terang Rahmat.

Seiring berjalannya waktu, Rahmat terus belajar hingga menemukan inspirasi dari seorang chef untuk berjualan lele terbang crispy.

"Kami mencari inspirasi lagi, gimana caranya supaya kita tetap berusaha. Kami nyari link baru, belajar ke salah satu chef di Solo, kami menemukan inspirasi yaitu ikan lele terbang crispy," ujar Rahmat.

Produk Rahmat kini tidak hanya lele terbang saja, melainkan ada produk Iwakuiki yang berupa ikan teri crispy dan sudah mendapatkan izin usaha serta cap halal dari MUI.

"Alhamdulillah kita sudah izin PIRT dan halal sudah semua, pangsa pasar kita sudah sampai di Jakarta. Kadang-kadang ada temen yang minta buat oleh-oleh ke Malaysia, ke Jepang, itu produk kami yang berupa teri crispy," beber Rahmat.

Saat awal berbisnis, Rahmat mengaku pinjam ke bank. Ia mendapat pinjaman sebesar Rp5 juta. Namun karena kegigihannya, pihak bank mengizinkan Rahmat untuk kembali meminjam dalam jumlah besar.

Sekarang ini, Rahmat sudah menggunakan modal sendiri tanpa pinjam bank karena kesuksesannya dalam mengelola bisnis.

"Kami dulu kurang modal. Saya masih ingat dulu itu pertama pinjam pinjaman sebesar Rp5 juta. Kita berusaha untuk bertanggung jawab, jangan sampai terlewat. Sampai modal bisa dinaikkan Rp100 juta," imbuh Rahmat.

Rupanya, Rahmat dulu pernah bekerja di perusahaan kontraktor interior dengan jabatan manajer. Sementara sang istri bekerja di perusahaan Jepang.

"Kami dulu bekerja di Jakarta, (istri) bekerja dengan perusahaan Jepang, bagian ekspor-impor. Saya juga bekerja di Jakarta, bekerja di salah satu perusahaan kontraktor interior sebagai project manager," jelas Rahmat.

Meski sekarang sudah sukses berbisnis, Rahmat tak memungkiri penghasilan awalnya dulu cuma Rp50-100 ribu saja.

Berkat kegigihannya, Rahmat berhasil menembus omzet belasan juta setiap harinya. Ia bisa memproduksi 50 kg ikan lele dengan harga jual Rp4 ribu per ekornya.

"Respons awal sepi, satu bulan itu rata-rata cuma Rp50 ribu, kadang-kadang Rp100 ribu. Kita tidak menyerah, suatu saat banyak orang yang suka," lanjutnya.

"Per hari paling banyak bisa kita sampai 50 kg. Pelanggan pertama dari saudara, mereka mencoba," tukas Rahmat.***

Bagikan:

Posting Komentar

Top Ads

Middle Ads 1

Middle Ads 2

Bottom Ads